A. Pertentangan Sosial dan
Integrasi masyarakat
1. Perbedaan kepentingan,
prasangka, diskriminasi dan ethosentris
Perbedaan kepentingan merupakan dasar dari
timbulnya tingkah laku individu. Individu bertingkah laku karena adanya
dorongan untuk memenuhi kepentingannya. Kepentingan ini sifatnya esensial bagi
kelangsungan hidup individu itu sendiri, jika individu berhasil memenuhi
kepentingannya, maka ia akan merasakan kepuasan dan sebaliknya kegagalan dalam
memenuhi kepentingan akan menimbilkan masalah baik bagi dirinya maupun bagi
lingkungannya.
Prasangka (prejudice) diaratikan
suatu anggapan terhadap sesuatu dari seseorang bahwa sesuatu itu buruk dengan
tanpa kritik terlebih dahulu. Bahasa arab menyebutnya “sukhudzon”.
Orang, secara serta merta tanpa timbang-timbang lagi bahwa sesuatu itu buruk.
Dan disisi lain bahasa arab “khusudzon” yaitu anggapan baik
terhadap sesuatu.
Distriminasi merujuk kepada pelayanan yang tidak adil terhadap individu tertentu, dimana layanan ini dibuat berdasarkan karekteristik yang diwakili oleh individu tersebut. Distriminasi merupakan suatu kejadian yang biasa dijumpai dalam mesyarakat manusia, ini disebabkan karena kecenderungan manusian untuk membeda-bedakan yang lain. Etnosentrisme adalah kecenderungan untuk melihat dunia hanya melalui sudut pandang budaya sendiri, maksudnya Etnosentrisme yaitu suatu kecenderungan yang menganggap nilai-nilai dan norma-norma kebudayaannya sendiri sebagai suatu yang prima, terbaik, mutlak , dan dipergunakan tolak ukur untuk menilai dan membedakan dengan kebudayaan lain.
Sumber :http://jaka-satria17.blogspot.com/2012/12/pertentangan-sosial-dan-integrasi.html
Distriminasi merujuk kepada pelayanan yang tidak adil terhadap individu tertentu, dimana layanan ini dibuat berdasarkan karekteristik yang diwakili oleh individu tersebut. Distriminasi merupakan suatu kejadian yang biasa dijumpai dalam mesyarakat manusia, ini disebabkan karena kecenderungan manusian untuk membeda-bedakan yang lain. Etnosentrisme adalah kecenderungan untuk melihat dunia hanya melalui sudut pandang budaya sendiri, maksudnya Etnosentrisme yaitu suatu kecenderungan yang menganggap nilai-nilai dan norma-norma kebudayaannya sendiri sebagai suatu yang prima, terbaik, mutlak , dan dipergunakan tolak ukur untuk menilai dan membedakan dengan kebudayaan lain.
Sumber :http://jaka-satria17.blogspot.com/2012/12/pertentangan-sosial-dan-integrasi.html
2. Pertentangan Social dalam masyarakat
(Contoh kasus).
Antara Minah
dan Anggodo, Beda Banget!
JAKARTA, KOMPAS.com — Mantan Sekretaris Fraksi
PDI-P, Jacobus Majong Padang, mengaku miris atas terjadinya ketimpangan hukum
yang kini sedang dipertontonkan oleh pemerintahan SBY-Boediono. Politisi yang
kerap disapa Kobu ini berujar, kaum Marhaen—sebutan kaum proletar—kini seakan
makin diproklamasikan tertindas, belum merdeka.
"Yang
dipertontonkan jelas sekali, perlakuan hukum yang tidak adil. Contoh konkret
nenek Minah di Banyumas, Jawa Tengah. Dia dihukum 1,5 bulan karena mencuri 3
buah kakao di kebun. Meski sudah berusaha meminta maaf, aparat tetap menegakkan
hukum. Dalih, menegakkan hukum adil bagi yang melanggar hukum," kata Kobu,
Sabtu (21/11).
Menurut Kobu, aparat hukum dalam kasus hukum yang dihadapi Minah berusaha menegakkan hukum seakan demi keadilan. Hal ini seakan kontras dengan apa yang terjadi, baik terhadap dugaan penyuapan yang dilakukan Anggodo Widjojo, maupun kasus skandal aliran dana Bank Century sebesar Rp 6,7 triliun.
Menurut Kobu, aparat hukum dalam kasus hukum yang dihadapi Minah berusaha menegakkan hukum seakan demi keadilan. Hal ini seakan kontras dengan apa yang terjadi, baik terhadap dugaan penyuapan yang dilakukan Anggodo Widjojo, maupun kasus skandal aliran dana Bank Century sebesar Rp 6,7 triliun.
"Terkesan,
aparat penegak hukum ingin menutupi adanya pencurian uang negara sebesar Rp 6,7
triliun di Bank Century. Keadilan sangat mahal di negeri ini. Kaum Marhaen
memang belum merdeka. Pemerintah jangan pertontonkan ketimpangan hukum,"
kata Kobu lirih.
3. Pengertian Integrasi Social dan Integrasi
Nasional
Bersatunya perbedaan-perbedaan yang ada dalam masyarakat multikultural merupakan salah satu penyebab yang akan membawa masyarakat ke arah integrasi. Apakah integrasi sosial itu? Integrasi sosial adalah suatu proses penyatuan antara dua unsur atau lebih yang mengakibatkan terciptanya suatu keinginan yang berjalan dengan baik dan benar. Lebih lanjut jika kita masukkan ke dalam kehidupan sosial, integrasi sosial dapat diartikan sebagai suatu proses mempertahankan kelangsungan hidup masyarakat sebagai sebuah sistem
Integrasi
nasional adalah usaha dan proses mempersatukan perbedaan perbedaan yang ada
pada suatu negara sehingga terciptanya keserasian dan keselarasan secara
nasional. Seperti yang kita ketahui, Indonesia merupakan bangsa yang sangat
besar baik dari kebudayaan ataupun wilayahnya. Di satu sisi hal ini membawa
dampak positif bagi bangsa karena kita bisa memanfaatkan kekayaan alam
Indonesia secara bijak atau mengelola budaya budaya yang melimpah untuk
kesejahteraan rakyat, namun selain menimbulkan sebuah keuntungan, hal ini juga
akhirnya menimbulkan masalah yang baru. Kita ketahui dengan wilayah dan budaya
yang melimpah itu akan menghasilkan karakter atau manusia manusia yang berbeda
pula sehingga dapat mengancam keutuhan bangsa Indonesia.
4. Contoh
Kasus Tentang Integrasi Social.
Tahun 2012 Masih Rentan Konflik Sosial
JAKARTA, KOMPAS.com -- Gerakan radikalisme dan konflik sosial diprediksi masih
akan terus terjadi pada tahun-tahun mendatang. Pada tahun 2012, pemerintah dan
khususnya aparat keamanan, harus mewaspadai terjadinya aksi radikalisme yang
terdiri dari konflik-konflik sosial dan kekerasan atas nama agama.
Demikian diungkapkan Ketua Lembaga Swadaya Masyarakat Lazuari
Birru, Dhyah Ruth, Jumat (3/2/2012) di Jakarta. Menurut Dhyah, radikalisme yang
terkait dengan konflik-konflik sosial bersumber dari deprivasi ekonomi, yaitu
perasaan terpinggirkan secara ekonomi.
Selain itu, menurut Dhyah, karena adanya perasaan kalangan
masyarakat yang teralienasi, yaitu perasaan terasing hidup di lingkungan
sendiri. Lalu, adanya perasaan terancam dari kelompok masyarakat, yaitu
perasaan bahwa posisinya dilemahkan atau tertekan.
Kelompok radikal, kata Dhyah, berpotensi besar melakukan
infiltrasi terhadap konflik-konflik sosial yang terjadi di tengah-tengah
masyarakat. Isu-isu marginalisasi, kesenjangan ekonomi, dan kemiskinan, tetap
menjadi fokus kampanye kelompok radikal.
Selain itu, pertentangan kelas juga menjadi isu yang sangat
mudah dimanfaatkan kelompok-kelompok tertentu untuk menyulut kekerasan.
Misalnya, buruh dengan pengusaha atau petani dengan pengusaha agrobisnis atau
perkebunan.
Dhyah mengungkapkan, dari survei indeks radikalisme Lazuardi
Birru tahun 2011, kelompok pekerjaan petani, nelayan dan peternak memiliki
indeks kerentanan tertinggi, yaitu 46,4. Kemudian, kelompok pengangguran
memiliki skor indeks kerentanan 44,8, dan kelompok buruh dan pekerjaan
serabutan mencapai 43.9.
"Skor itu berada di atas titik aman, yaitu 33,3. Skor 0
menunjukkan tidak radikal dan skor 100 menunjukkan sangat radikal,"
jelasnya.
5. Contoh
Kasus Tentang Integrasi Nasional
Ketua
UmumHimpunun Pemuda Huamual
Maluku(Care)-Titik
krusial integrasi nasional menyangkut pengelolaan politik yang berkembang dalam
sistem politik suatu negara pada gilirangnyaakan sangat di tentukan oleh
nilai-nilai kehidupan politik suatu negara,apakah itu bersifat
demokrasi atau tidak,untuk indonesia sebagai suatu negara yang sangat hetoregen
latar belakang budaya,agama,keadaan geografis dan ikatan emosional warga
lainnya,demokratisasi harus di jadikan komitmnen bersama untuk di wujudkan.
Indonesia
adalah salah satu negara yang sedang dan dalam proses menjalangkan demokrasi
secara baik,,hal ini terlihat ketika pemilihan kepala daerah, DPR, MPR, DAN
PRESIDEN secara langsung di lakukan,demokrasi yang di jalankan rakyat indonesia
adalah demokrasi yang terpimpin,demokrasi yang dari rakyat oleh rakyat dan kepada
rakyat, dan rakyat, wakil rakyat, pemerintahlah, yang menentukan arah menuju
indonesia yang lebih baik.
Masalah
fundamental yang melatari pentingnya kemandirian partai politik dan kontrol
terhadap penyelengaraan negara atau kekuasaan tidak bisa di lepaskan dari
proses demokratisasi,demokratisasi, bagaimanapun,harus tetap berjalan dengan
proses gradual yang menyentuh seluruh level kehidupan berbangsa.era multi
partai telah memunculkan afiliasi politik (publik) menjadi kristalisasi
ideologi kepentingan yang saling berbeda, pilihan publik terhadap partai
politiknya tak lagi di kontrol seperti dulu,akhirnya keberlangsungan
penyelenggaraan negara atau kekuasaan tidak dapat lagi di paksakan sebagai
kepentingan penguasa saja,tetapi semata-mata kepentingan publik,
Hal
ini menjadi kondisi riil saat ini,karenanya menjadi problem polkitik
kontemporer yang di hadapi dan perlu di selesaikan bangsa ini,demokrasi telah
menjadi ancaman bagi integrasi nasional yang sudah di bangun selama beberapa
dasawarsa.letupan-letupan di berbagai daerah adalah akses langsung dari
terbukanya kran kebebasan politik tanpa infrastruktur budaya politik yang
memadai,
Setelah
runtuhnya sistem pengendalian partisipasi yang di jalankan dengan cara refresif
pada kurun waktu yang panjang selama berlakunya rezim orde baru,terjadinya
fenomena melemahnya peranan negara dalam mengelola negara dalam mengelola
kehidupan bermasyarakat,sikap antusias masyarakat dalam mengambil alih peran
negara tersebut tampaknya menjadi ujian tersendiri di tengah segala keterbatasan
sumber daya yang di miliki. Hal ini berkembang di tengah upaya konsilidasi
kekuatan negara ke arah demokratisasi yang masih di pertanyakan arahnya,
mengingat masih kuatnya tarik-menarik antar berbagai kepentingan.
Diferensiasi
pilihan politik memang memiliki berbagai konsekuensi bagi kehidupan bangsa
secara keseluruhan,apapun pilihan dan kepentingan politik kita,ia semestinya
tetap berada dalam koridor kepentingan bersama yaitu terpeliharanya intergarsi
bangsa,artinya tidak ada pilihan yang benar-benar mutlak berdiri sendiri
sebagai satu-satunya entitas,semuanya memiliki ketergantungan secara alamiah
karena kodrat manusia sebagai mahluk sosial,
Masalah
kualitas integrasi bangsa ini lihat dari dua dimensi intergarsi politik menurut
akbar tanjung ,yaitu pertama adalah dimensi vertikal (elit masa) dan dimensi
horisontal atau teritorial (antar masa,baik dalam satu wilayah maupun antar
wilayah berbeda)
Integrasi
politik berdimensi vertikal,bertujuan untuk menjembatani celah perbedaan yang
mungkin ada antara elit dengan masa dalam rangka pengembangan proses politik
terpadu,sedangkan dimensi horisontal,atau yang kita kenal sebagai dimensi
teritorial bertujuan untuk mengurangi ketegangan kultur kedaerahan dalam rangka
proses penciptaan suatu masyarakat politik yang homogen,ini berarti proses
politik dan sistem politik suatu negaralah yang akan menentukan ke arah manan
pencapaian tujuan integrasi nasional dapa6t di lakukan.
Apakah
sistem demokrasi yang di pilih indonesia terbebas dari pemaksaan keseragaman.indonesia
belum secara konsisten menerapkan demokrasi dalam arti kata negara moderen yang
membatasi kekuasaan berdasarkan fungsi resminya.pengelolaan kehidupan politik
saat ini juga akan mempengaruhi hasilnya bagi kehidupan intergrasi pada masa
depan,dalam artian apakah intergrasi ini terjadi melalui cara,di paksa
atau,terpaksa,
Dari
pembahasan di atas dapat di simpulkan bahwa demokrasi memberikan prasyratan
tentang kewajiban seluruh anak bangsa untuk terus menerus menjaga proses
demokrasi yang sedang berjalan,dengan tetap menjaga persatuan dan kesatuan
bangsa di antara sesama masyarakat yang berbeda beda suku agama,tetapi
sebagai warga yang baik tetap menjaga proses demokrasi sehingga tidak ternoda
oleh kepentingan kelompok atau perorangan.
Demokrasi
memberikan nilai politik yang baik kepada kita sehingga demokrasi indonesia
bisa menjadi contoh buat negara negara yang sedang menerapkan demokrasi
tersebut, ada juga masalah etika dan solidaritas dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara,etika juga di tunjukan sehingga indonesia menjadi negara yang
walaupun berbeda beda suku,agama,dan budaya tetapi sangat menghormati dan
menghargai sesama kelompok dan menghormati warga negara lainnya.(UW).
B. Ilmu Pengetahuan Teknologi dan
Kemiskinan
1.
Pengertian Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan, sebagai objek, merupakan himpunan
informasi yang berupa pengetahuan ilmiah tentang gejala yang dapat dilihat,
dirasakan, atau dialami. Gejala tersebut dapat berupa gejala alam (seperti
angin, air, gempa bumi, ombak, gerak benda, dsb.) atau gejala sosial (seperti
masyarakat bangsa, unjuk rasa, kemiskinan, kemakmuran, keterasingan, dsb.),
ataupun gejala pikir, yang abstrak wujudnya, seperti konsep-konsep tentang
bilangan dan himpunan di dalam matematika. Masalah yang menjadi perhatian di
dalam aktifitas ilmu pengetahuan adalah pencarian kejelasan dan perumusan
penjelasan mengenai struktur, fungsi dan pola-laku gejala-gejala, baik gejala
alam, gejala sosial, maupun gejala pikir.
2.
Pengertian Teknologi
Pengertian
Teknologi Informasi atau disingkat dengan TI atau dalam bahasa inggrisnya
disebut dengan Information Technology
yang disingkat dengan IT. Dalam hal ini,
pengertian teknologi informasi merupakan istilah yang umum yang memberikan
penjelasan tentang segala teknologi yang dapat membantu manusia untuk
menyimpan, membuat, mengubah, mengkomunikasikan, dan juga menyebarkan informasi.
Pengertian teknologi informasi juga
merupakan seperangkat sarana atau alat yang berguna untuk membantu pekerjaan
anda dengan informasi dan melaksanakan tugas yang ada hubungannya dengan
pemrosesan dalam informasi. Dijelaskan dalam pengertian TI (Teknologi Informasi) ini bahwa Teknologi Informasi tersebut
sebagai sarana atau alat yang dipakai dalam melakukan pekerjaan yang
berhubungan dengan informasi. Di pengertian TI tersebut juga dijelaskan bahwa
hasil informasi yang diolah tersebut prosesnya memakai suatu alat. Alat
tersebut yaitu berupa komputer dan juga program-progamnya.
Sumber : http://ciptadestiara.wordpress.com/category/ciri-ciri-fenomena-teknik/
3. Ciri-ciri
Fenomena Teknik pada Masyarakat
Ayo
coba dibaca dibawah ini merupakan ciri-ciri dari fenomena teknik pada
masyarakat, yaitu sebagai berikut Rasionalistas,
artinya tindakan spontan oleh teknik diubah menjadi tindakan yang direncanakan
dengan perhitungan rasional. Artifisialitas,
artinya selalu membuat sesuatu yang buatan tidak alamiah. Otomatisme, artinya dalam hal metode, organisasi dan rumusan
dilaksanakan secara otomatis. Demikian juga dengan teknik mampu
mengeliminasikan kegiatan non teknis menjadi kegiatan teknis.Teknik berkembang
pada suatu kebudayaan. Monisme,
artinya semua teknik bersatu, saling berinteraksi dan saling bergantung. Universalisme, artinya teknik melampaui
batas-batas kebudayaan dan ideologi, bahkan dapat menguasai kebudayaan. Otonomi artinya teknik berkembang
menurut prinsip-prinsip sendiri.
4. Ciri-ciri Teknologi Barat
Untuk
para sahabat yang ingin mengetahui ciri-ciri dari teknologi barat silakan saja
baca dibawah ini ^___^
Bersifat Intensif pada semua
kegiatan manusia.
Cenderung bergantung pada sifat ketergantungan.
Selalu berpikirbahwa barat adalah pusat dari segala teknologi.
Sumber : http://ciptadestiara.wordpress.com/category/ciri-ciri-fenomena-teknik/Cenderung bergantung pada sifat ketergantungan.
Selalu berpikirbahwa barat adalah pusat dari segala teknologi.
5. Pengertian Kemiskinan
Kemiskinan adalah
keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti
makanan , pakaian , tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan
dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya
akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan merupakan masalah global.
Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara
yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi
memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan,dll.
6. Ciri-ciri manusia yang hidup dibawah garis kemiskinan :
- Tidak
memiliki factor-faktor produksi sendiri seperti tanah, modal, ketrampilan.
- Tidak
memiliki kemungkinan untuk memperoleh asset produksi dengan kekuatan
sendiri, seperti untuk memperoleh tanah garapan ataua modal usaha.
- Tingkat
pendidikan mereka rendah, tidak sampai taman SD.
- Kebanyakan
tinggal di desa sebagai pekerja bebas
- Banyak yang
hidup di kota berusia muda, dan tidak mempunyai ketrampilan.
7. Fungsi kemiskinan :
- Fungsi Ekonomi : penyediaan
tenaga untuk pekerjaan tertentu, menimbulkan dana sosial , membuat lapangan
kerja baru dan memanfaatkan pemulung dalam mengumpulkan barang bekas.
- Fungsi sosial : Menimbulkan
rasa simpatik, sehingga munculnya badan amal dan zakat untuk menolong kaum
miskin yang ada.
- Fungsi cultural : Sumber
inspirasi kebijaksanaan teknokrat, sumber inspirasi sastawan dan
memperkaya budaya saling mengayomi antar sesama manusia.
- Fungsi politik : sebagai kaum
yang merasakan kinerja pemerintahan dalam perbaikan ekonomi, dan sebagai
kaum yang mengkritik jika perekonomian tidak mengalami perubahan.
(Teori Fungsionalis
Davis)
Sumber :http://arifsubarkah.wordpress.com/2010/01/02/fungsi-kemiskinan-dan-ciri-%E2%80%93-ciri-manusia-yang-hidup-di-bawah-garis-kemiskinan/
C. Agama dan Masyarakat.
Definisi agama
menurut Durkheim adalah suatu “sistem kepercayaan dan praktek yang telah dipersatukan
yang berkaitan dengan hal-hal yang kudus kepercayaan-kepercayaan dan
praktek-praktek yang bersatu menjadi suatu komunitas moral yang tunggal.”
1. Fungsi dan Peran Agama Dalam Masyarakat
Dalam
hal fungsi, masyarakat dan agama itu berperan dalam mengatasi
persoalan-persoalan yang timbul di masyarakat yang tidak dapat
dipecahakan secara empiris
karena adanya keterbatasan kemampuan dan
ketidakpastian. Oleh karena itu, diharapkan agama menjalankan
fungsinya sehingga masyarakat merasa
sejahtera, aman, stabil, dan sebagainya. Agama dalam masyarakat bisa
difungsikan sebagai berikut :
a. Fungsi edukatif.
Agama
memberikan bimbingan dan pengajaaran dengan perantara petugas-petugasnya
(fungsionaris) seperti syaman, dukun, nabi, kiai, pendeta imam, guru agama dan
lainnya, baik dalam upacara (perayaan) keagamaan, khotbah, renungan (meditasi)
pendalaman rohani, dsb.
b. Fungsi penyelamatan.
Bahwa
setiap manusia menginginkan keselamatan baik dalam hidup sekarang ini maupun
sesudah mati. Jaminan keselamatan ini hanya bisa mereka temukan dalam agama.
Agama membantu manusia untuk mengenal sesuatu “yang sakral” dan “makhluk
teringgi” atau Tuhan dan berkomunikasi dengan-Nya. Sehingga dalam yang hubungan
ini manusia percaya dapat memperoleh apa yang ia inginkan.
c. Fungsi pengawasan sosial (social control)
Fungsi
agama sebagai kontrol sosial yaitu : Agama meneguhkan kaidah-kaidah susila dari
adat yang dipandang baik bagi kehidupan moral warga masyarakat. Agama
mengamankan dan melestarikan kaidah-kaidah moral (yang dianggap baik) dari
serbuan destruktif dari agama baru dan dari system hokum Negara modern.
2.
Dimensi Komitmen Agama.
Perkembangan
iptek mempunyai konsekuensi penting bagi agama. Sekulerisai cenderung
mempersempit ruang gerak kepercayaan dan pengalaman keagamaan. Kebanyakan agama
yang menerima nilai- nilai institusional baru adalah agama – agama aliran semua
aspek kehidupan.
Dimensi komitmen agama menurut Roland Robertson:
Dimensi komitmen agama menurut Roland Robertson:
1. dimensi keyakinan mengandung
perkiraan/harapan bahwa orang yang religius akan menganut pandangan teologis
tertentu.
2. Praktek agama mencakup perbuatan-perbuatan berbakti, yaitu perbuatan untuk melaksanakan komitmen agama secara nyata.
3. Dimensi pengerahuan, dikaitkan dengan perkiraan.
4. Dimensi pengalaman memperhitungkan fakta, semua agama mempunyai perkiraan tertentu.
5. Dimensi konsekuensi dari komitmen religius berbeda dengan tingkah laku perseorangan.
2. Praktek agama mencakup perbuatan-perbuatan berbakti, yaitu perbuatan untuk melaksanakan komitmen agama secara nyata.
3. Dimensi pengerahuan, dikaitkan dengan perkiraan.
4. Dimensi pengalaman memperhitungkan fakta, semua agama mempunyai perkiraan tertentu.
5. Dimensi konsekuensi dari komitmen religius berbeda dengan tingkah laku perseorangan.
3. Sebutkan 3 Tipe Kaitan Agama
dengan Masyarakat.
Tipe-Tipe
Kaitan Agama dalam Masyarakat
Kaitan
agama dengan masyarakat dapat mencerminkan tiga tipe, meskipun tidak
menggambarkan sebenarnya secra utuh (Elizabeth K. Nottingham, 1954):
a. Masyarakat yang terbelakang dan nilai-nilai sakral.
a. Masyarakat yang terbelakang dan nilai-nilai sakral.
Masyarakat
tipe ini kecil, terisolasi, dan terbelakang. Anggota masyrakat menganut agama
yang sama. Oleh karenanya keanggotaan mereka dalam masyarakat dan dalam
kelompok keagamaan adalah sama. Agama menyusup ke dalam kelompok aktivitas yang
lain.
b.
Agama memasukkan pengaruhnya yang sacral ke dalam system nilai masyarakat secra
mutlak. Dalam keadaan lain selain keluarga relatif belum berkembang, agama
jelas menjadi fokus utama bagi pengintegrasian dan persatuan dari masyarakat
secara keseluruhan.
c.
Masyarakat praindustri yang sedang berkembang.
Keadaan masyarakatnya
tidak terisolasi, ada perkembangan teknologi yang lebih tinggi darpada tipe
pertama. Agama memberikan arti dan ikatan kepada system nilai dalam tiap
mayarakat ini, tetapi pada saat yang sama lingkungan yang sacral dan yang
sekular itu sedikit-banyaknya masih dapat dibedakan.
4. Definisi Pelembagaan Agama
Pengertian agama dalam
konsep Sosiologi adalah kepercayaan terhadap hal-hal yang spiritual; perangkat
kepercayaan dan praktik-praktik spiritual yang dianggap sebagai tujuan
tersendiri dan ideologi mengenai hal-hal yang bersifat supranatural. Dalam
konsepsi ini, agama memiliki peranan yang paling penting dalam kehidupan
manusia. Dalam kehidupan sosial, keberadaan lembaga agama sangat mempengaruhi
perilaku manusia. Dengan agama manusia dapat membedakan mana yang baik dan mana
yang buruk.
Pelembagaan Keagamaan adalah organisasi yang
dibentuk oleh umat beragama dengan maksud untuk memajukan kepentingan keagamaan
umat yang bersangkutan di dalam kehidupan masyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Tujuannya adalah untuk meningkatkan kualitas hidup keagamaan masing-masing umat
beragama.
5. Fungsi Pelembagaan Negara
Lembaga keagamaan yang ada di
Indonesia pada umumnya berfungsi sebagai berikut:
a.
Tempat untuk membahas dan menyelesaikan segala masalah yang
menyangkut keagamaan.
b.
Memelihara dan meningkatkan kualitas kehidupan beragama umat
yang bersangkutan.
c.
Memelihara dan meningkatkan kerukunan hidup antar umat yang
bersangkutan.
d.
Mewakili umat dalam berdialog dan mengembangkan sikap saling
menghormati serta kerjasama dengan umat beragama lain.
e.
Menyalurkan aspirasi umat kepada pemerintah dan menyebarluaskan
kebijakan pemerintah kepada umat.
f.
Wahana silaturrahmi yang dapat menumbuhkan rasa persaudaraan dan
kekeluargaan.
Oleh: Ismail Fahmi Nst
Pendahuluan
Indonesia
adalah sebuah negara yang penduduknya majemuk dari segi suku bangsa, budaya dan
agama. Realitas kemajemukan tersebut, disadari oleh para pemimpin bangsa, yang
memperjuangkan kemerdekaan negeri ini, dari penjajahan asing. Mereka memandang
bahwa kemajemukan tersebut bukanlah halangan untuk mewujudkan persatuan dan
kesatuan, serta untuk mewujudkan cita-cita nasional dalam wadah negara kesatuan
Republik Indonesia. Kemajemukan tersebut termasuk kekayaan bangsa Indonesia.
Para
pemimpin bangsa tersebut mempunyai cara pandang yang positif tentang
kemajemukan. Cara pandang seperti ini selaras dengan ajaran agama yang
menjelaskan bahwa kemajemukan itu, bagian dari sunnatullah. Agama mengingatkan
bahwa kemajemukan terjadi atas kehendak Tuhan yang Maha Kuasa, sehingga harus diterima
dengan lapang dada dan dihargai, termasuk di dalamnya perbedaan konsepsi
keagamaan.
Perbedaan
konsepsi di antara agama-agama yang ada adalah sebuah realitas, yang tidak
dapat dimungkiri oleh siapa pun. Perbedaan –bahkan benturan konsepsi itu-
terjadi pada hampir semua aspek agama, baik di bidang
konsepsi tentang Tuhan maupun konsepsi pengaturan kehidupan. Hal ini
dalam prakteknya, cukup sering memicu konflik fisik antara umat berbeda agama.
Konflik
Maluku, Poso, ditambah sejumlah kasus terpisah di berbagai tempat di
mana kaum Muslim terlibat konflik secara langsung dengan umat Kristen adalah
sejumlah contoh konflik yang –sedikit banyak- dipicu oleh perbedaan
konsep di antara kedua agama ini. Perang Salib (1096-1271) antara umat Kristen
Eropa dan Islam, pembantaian umat Islam di Granada oleh Ratu Isabella ketika
mengusir Dinasti Islam terakhir di Spanyol, adalah konflik antara Islam dan
Kristen yang terbesar sepanjang sejarah. Catatan ini, mungkin akan bertambah
panjang, jika intervensi Barat (Amerika dan sekutu-sekutunya) di dunia Islam
dilampirkan pula di sini.
Pandangan
stereotip satu kelompok terhadap kelompok lainnya, biasanya menjadi satu hal
yang muncul bersamaan dengan terdengarnya genderang permusuhan, yang diikuti
oleh upaya saling serang, saling membunuh, membakar rumah-rumah ibadah seteru
masing-masing, dan sebagainya. Umat Islam dipandang sebagai umat
yang radikal, tidak toleran, dan sangat subjektif dalam memandang kebenaran
yang –boleh jadi- terdapat pada umat.sementara umat Kristen dipandang
sebagai umat yang agresif dan ambisius yang bertendensi menguasai segala aspek
kehidupan dan berupaya menyebarkan pesan Yesus yang terakhir, “Pergilah ke
seluruh dunia dan kabarkanlah Injil kepada seluruh makhluk!” (Martius 16: 15)
Sebagian
kalangan berpendapat bahwa perbedaan konsep keagamaanlah yang menjadi sumber
konflik utama antara umat manusia. Tidak dapat dimungkiri bahwa sejumlah
teks keagamaan memang mengatur masalah kekerasan dan peperangan. Dalam
tradisi Judeo-Christian, Yehweh –sebutan Tuhan dalam Bibel- digambarkan sebagai
“God of War”, sebagaimana diterangkan dalam Mazmur 18: 40- 41, “
(40) Engkau telah mengikat
pingggangku dengan keperkasaan untuk berperang; Engkau tundukkan ke bawah
kuasaku orang yang bangkit melawanku. (41) Kau buat musuhku lari dari aku, dan
orang-orang yang membenci aku kubinasakan.”[1]
Dalam
Islam juga dikenal konsep jihad yang dalam sejumlah hal berarti qital
(peperangan).[2] Maka,
sebagian pengamat melihat, agama adalah sumber konflik, atau
setidaknya memberikan legitimasi terhadap berbagai konflik sosial. Ferguson
(1977) mencatat, “Every major religious tradition includes its justification
for violence”. Sebagian lain menyimpulkan bahwa agama-agama memberikan ajaran
dan contoh-contoh yang melegitimasi pembunuhan. Dalam tradisi Islam dan Kristen
(bahkan Yahudi), kata mereka, Tuhan membunuh masyarakat, dan memerintahkan
masyarakat untuk melakukan hal yang sama.[3]
Cara
pandang terhadap agama dengan menempatkan agama sebagai sumber konflik, telah
menimbulkan berbagai upaya menafsirkan kembali ajaran agama dan kemudian
dicarikan titik temu pada level tertentu, dengan harapan konflik di antara umat
manusia akan teredam jika faktor “kesamaan agama” itu didahulukan. Pada level
eksoteris-seperti aspek syari’ah- agama-agama memang berbeda, tetapi pada level
esoteris, semuanya sama saja. Semua agama kemudian dipandang sebagai jalan yang
sama-sama sah untuk menuju kepada Tuhan,[4] termasuk
Islam dan Kristen.
Sehubungan
dengan itu, tulisan ini bermaksud membahas tentang: bagaimana sikap umat
beragama (Islam dan Kristen) terhadap agamanya di era millenium sekarang; dan
benarkah perbedaan konsepsi agama-lah yang menyebabkan konflik di antara kedua
umat ini?
TERIMA KASIH
SEMOGA BERMANFAAT
^___^