Minggu, 28 Oktober 2012


Jangan Lupa Tinggalkan Komentar Kalian Ya...!!!

Manusia Dan Penderitaan



Kehidupan haruslah dinamis karena

kehidupan adalah proses pembelajaran. Suka maupun duka  haruslah dihadapi dengan kesabaran dan keikhlasan untuk menuju apa yang dinamakan kedewasaan.
Banyak diantara kita yang seolah-olah hanya ingin merasakan kebahagiaan tanpa penderitaan. Padahal karena penderitaan itulah ada kebahagiaan. Banyak diantara kita mengeluh dan menyerah ketika datang penderitaan tanpa kita sadari itu akan menghambat kita menuju kematangan hidup.
Percayalah bahwa setelah kesusahan akan datang kebahagiaan seperti yang difirmankan Allah SWT. Percayalah bahwa seberat-beratnya cobaaan penderitaan yang diberikan tuhan tidak akan melampaui batas kemampuan kita.



A. PENDERITAAN
 Penderitaan berasal dari kata derita. Kata derita berasal dari bahasa sansekerta dhra artinya menahan atau menanggung. Derita artinya menanggung atau merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan. Penderitaan dalam kehidupan manusia sering terjadi seiring berkembangnya kehidupan manusia tersebut. Semakin berkembangnya kehidupan manusia makan akan semakin kompleks juga penderitaan yang akan di hadapi manusia.
 Penderitaan termasuk realitas manusia dan dunia. Intensitas penderitaan bertingkat-tingkat semakin tinggi intensitas semakin berat juga penderitaan yang di alami oleh manusia tersebut. Namun peranan individu juga menentukan berat-tidaknya intensitas penderitaan. Suatu peristiwa yang dianggap penderitaan oleh seseorang belum tentu merupakan penderitaan bagi orang lain. Dapat pula suatu penderitaan merupakan energi untuk bangkit kembali bagi seseorang, atau sebagai langkah awal untuk mencapai kenikmatan dan kebahagiaan.


Manusia lebih menyukai kenikmatan. Sedangkan penderitaan sangat di hindarkan, dalam suatu kehidupan manusia. Seseorang pasti akan merasakan penderitaan bagaimanapun jenis dan bentuknya. Contoh penderitaan fisik, bencana yang sedang di hadapin oleh orang tersebut, setra masalah yang sedang menimpa orang tersebut.

Penderitaan terbagi menjadi dua, yaitu :
Penderitaan yang bersifat lama dan penderitaan yang bersifat sementara. Penderitaan yang bersifat lama atau tidaknya tergantung oleh penyebab penderitaan tersebut. Contoh penderitaan yang bersifat lama. Kehilangan orang yang penting di dalam kehidupan seseorang. Sedangkan contoh penderitaan yang bersifat sementara adalah di kecewakanya oleh seseorang.


Penderitan dan kenikatan manusia atau seseorang dengan menyukai atau tidaknya sesuatu. Jika manusia tersebut suka makan ia akan menikmati apa yang sedang dia rasakan. Sedangkan jika dia tidak menyukai maka dia akan merasa menderita dengan apa yang ia rasakan. Penderitaan yang selalu di hadapi oleh manusia bermanfaat untuk menjadi bahan instropeksi diri masing-masing manusia. Selain menjadi bahan instropeksi dapat pula menjadi suatu pengalam seseorang untuk menjadi manusia yang lebih bijak.

Penderitaan tidak selalu merugikan untuk yang merasakan. Mental seseorang sangat berperan penting untuk menghadapi penderitan yang sedang di alami. Selain mental yang kuat peran orang sekitar manusia juga sangat berperan untuk menyelesaikan penderitaan dan juga memberikan dorangan motivasi serta jalan keluar untuk menyelesaikan penderitaan seseorang.



B.SIKSAAN
Siksaan atau penyiksaan (Bahasa Inggris: torture) digunakan untuk merujuk pada penciptaan rasa sakit untuk menghancurkan kekerasan hati korban. Segala tindakan yang menyebabkan penderitaan, baik secara fisik maupun psikologis, yang dengan sengaja dilakukkan terhadap seseorang dengan tujuan intimidasi, balas dendam, hukuman, sadisme, pemaksaan informasi, atau mendapatkan pengakuan palsu untuk propaganda atau tujuan politik dapat disebut sebagai penyiksaan. Siksaan dapat digunakan sebagai suatu cara interogasi untuk mendapatkan pengakuan. Siksaan juga dapat digunakan sebagai metode pemaksaan atau sebagai alat untuk mengendalikan kelompok yang dianggap sebagai ancaman bagi suatu pemerintah. Sepanjang sejarah, siksaan telah juga digunakan sebagai cara untuk memaksakan pindah agama atau cuci otak politik.
Penyiksaan hampir secara universal telah dianggap sebagai pelanggaran berat hak asasi manusia, seperti dinyatakan Deklarasi Hak Asasi Manusia. Para penandatangan Konvensi Jenewa Ketiga dan Konvensi Jenewa Keempat telah menyetujui untuk tidak melakukan penyiksaan terhadap orang yang dilindungi (penduduk sipil musuh atau tawanan perang)

 Banyak sebab yang menjadikan seseorang merasa ketakutan, 
antara lain : 
a.  Claustrophobia dan Agoraphobia. 
b. Claustrophobia adalah rasa takut terhadap ruangan tertutup, sedangkan 
Agoraphobia adalah rasa takut yang disebabkan seseorang berada di tempat 
terbuka  
c.  Gamang merupakan ketakutan bila  seseorang di tampat yang tinggi. Hal itu 
disebabkan karena ia takut akibat berada di tempat yang yang tinggi, misalnya
seseoarang harus melewati jermbatan yang sempit, sedangkan dibawahnya air 
yang mengalir, atau seseoprang takut meniti dinding tembok dibawahnya. 
d.  Kegelapan merupakan suatu ketakutan  seseorang bila ia berada di tempat 
yang gelap. Sebab dalam pikirannya dalam kegelapan demikian akan muncul 
sesuatu yang ditakuti, misalnya setan, pencuri, orang yang demikian 
menghendaki agar ruangan tempat tidur selalu dinyalakan lampu yang terang . 
e.  Kesakitan merupakan ketakutan yang disebabkan oleh rasa sakit yang akan 
dialami seseoarng yang takut diinjeksi, ia sudah berteriak-teriak sebelum jarum
injeksi ditusukkan kedalam tubuhnya,Hal itu disebabkan karena dalam 
pikirannya semuanya akan menimbulkan kesakitan 
f.  Kegagalan merupakan dari seseorang disebabkan karena merasa bahwa apa 
yang akan dijalankan mengalami kegagalan. Seseorang yang patah hati tidak
mudah untuk bercinta lagi, karena takut dalam percintaan berikutnya juga akan 
terjadi kegagalan, trauma yang pernah dialaminya telah menjadikan dirinya 
ketakutan kalau sampai terulang lagi.     




C. KEKALUTAN MENTAL 
             Penderita kekalutan mental dalam ilmu psikologi dikenal sebagai kekalutan 
mental, secara lebih sederhana kekalutan mental dapat dirumuskan sebagai 
gangguan kejiwaan akibat ketidak mampuan seseorang menghadapi persoalan 
yang harus diatasi sehingga yang bersangkutan bertingkah secara kurang wajar. 
          Gejala-gejala permulaan bagi seseorang yang mengalami kekalutan mental 
adalah: 
a.  Nampak pada jasmani yang sering merasakan pusing, sesak napas, demam, 
nyeri pada lambung 
b.  Nampak pada kejiwaannya dengan rasa cemas, ketakutan, patah hati, apatis, 
cemburu, mudah marah. 
  
Tahap-tahap gangguan kejiwaan adalah : 
a.  Gangguan  kejiwaan  nampak dalam gejala-gejala kehidupan si penderita baik
jasmani maupun rokhaninya 
b. Usaha mempertahankan diri dengan cara negatif, yaitu mundur atau lari,
sehingga cara bertahan dirinya salah, pada orang yang  tidak menderita 
gangguan kejiwaan bila menghadapi persoalan justru cepat memecahkan 
problemnya, sehingga tidak menekan perasaannya. Jadi bukan melarikan diri 
dari persoalan, tetapi melawan atau memecahkan persoalan 
c.  Kekalutan merupakan titik patah (mental breakdown) dan yang bersangkutan 
mengalami gangguan 

Sebab-sebab kekalutan mental, dapat banyak disebutkan antara lain sebagai 
berikut : 
a. Kepribadian yang lemah, akibat kondisi jasmani atau mental yang kurang 
sempurna, hal-hal tersebut sering  menyebabkan yang bersangkutan merasa 
rendah diri yang secara berangsur-angsur akan menyudutkan kedudukannya 
dan manghancurkan mentalnya. 
b.  Terjadinya konflik sosial budaya, akibat norma berbeda antara yang 
bersangkutan dengan apa yang ada dalam masyarakat, sehingga ia tidak dapat 
menyesuaikan diri lagi, misalnya;  orang pedesaan yang berat menyesuiakan
diri dengan kehidupan kota, orang tua yang telah mapan sulit menerima 
keadaan baru yang jauh berbeda dari masa jayanya dulu. 
c.  Cara pematangan batin, yang salah dengan memberikan reaksi yang 
berlebihan terhadap kehidupan sosial; over acting sebagai overcompensatie 

Proses- proses kekalutan mental yang dialami oleh seseorang mendorong
ke arah : 
a.  Positif : trauma (luka jiwa) yang  dialami dijawab secara baik sebagai usaha 
agar tetap survive dalam hidup, misalnya melakukan sholat tahajud waktu 
malam hari untuk memperoleh ketenangan dan mencari jalan keluar untuk
mengatasi kesulitan yang dihadapinya, ataupun melakukan kegiatan yang 
posif. 
b.  Negatif : trauma yang dialami diperlarutkan atau diperturutkan, sehingga yang 
bersangkutan mengalami frustasi, yaitu tekanan batin akibat tidak tercapainya 
apa yang diinginkan. 

BENTUK FRUSTASI ANTARA LAIN : 
1.  Agresi berupa kemarahan yang meluap-luap akibat emosi yang tidak terkendali 
dan secara fisik berakibat mudah terjadinya hypertensi (tekanan darah tinggi) 
atau tindakan sadis yang dapat membahayakan orang sekitarnya. 
2.  Regresi  adalah  kembali pada pola reaksi yang primitif atau kekanak-kanakan 
(infantil), misalnya dengan  menjerit-jerit, menangis sampai meraung-raung,
memecah barang-barang 
3.  Fiksasi adalah peletakan atau pembatasan pada suatu pola yang sama (tetap), 
misalnya dengan membisu, memukul-mukul dada sendiri, membenturbenturkan kepala pada benda keras. 
4.  Proyeksi merupakan usaha melempar atau memproyeksikan kelemahan dan 
sikap-sikap sendiri yang negatif pada orang lain, kata pepatah; awak yang tidak
pandai menari,dikatakan lantai yang berjungkit 
5. Identifikasi adalah  menyamakan diri dengan seseorang yang sukses dalam
imaginasinya, misalanya dalam kecantikan yang bersangkutan menyamakan 
diri dengan bintang film, dalam soal harta kekayaaan dengan pengusaha kaya 
yang sukses 
6. Narsisme adalah self love yang  berlebihan, sehingga yang bersangkutan 
merasa dirinya superior dari pada orang lain. 
7.  Autisme adalah gejala menutup diri secara diri secara total dari dunia riil, tidak
mau berkomunikasi dengan orang lain, ia puas dengan fantasinya sendiri yang 
dapat menjurus ke sifat yang sinting. 

PENDERITA KEKALUTAN MENTAL BANYAK TERDAPAT DALAM 
LINGKUNGAN SEPERTI : 
1.  Kota-kota besar yang banyak memberi tantangan-tantangan hidup yang berat
sehingga oarang merasa dikejar-kejar  dalam memenuhi kebutuhan hidupnya,
sebagaian orang tidak mau tahu terhadap penderitaan orang lain, akibat
egoisme sebagai ciri masyarakat kota. 
2. Anak-anak muda usia yang tidak berhasil dalam mencapai apa yang 
dikehendaki atau diidam-idamkan, karena tidak berimbangnya kemampuan 
dengan tujuannya, sehingga pada orang-orang usia tuapun sering mengalami 
penderitaan dalam kenyataan  hidupnya akibat norma lama yang dipegang 
teguh sudah tidak sesuai dengan norma baru yang berlaku. 
3.  Wanita pada umumnya lebih mudah merasakan suatu masalah yang 
dibawanya kedalam hati atau perasaannya, tetapi sulit mengelurkan 
perasaannya tersebut, sementara itu mereka memiliki kondisi tubuh yang lebih
lemah, sehingga kaum wanitalah yang banyak menjadi  penderita penderita 
psikosomatisme (penyakit akibat gangguan kejiwaan) dari pada kaum pria. 
4.  Orang yang tidak beragama tidak memiliki keyakinan, bahwa diatas dirinya ada
kekuasaan yang lebih tinggi, sehingga sifat pasrah umumnya tidak dikenalnya, 
dalam keadaan yang sulit orang yang  demikian ini mudah sekali mengalami 
penderitaan  
5.  Orang yang terlalu mengejar materi seperti pedagang dan pengusaha memiliki 
sifat dalam memperoleh tujuan kegiatannya, yaitu mencari keuntungan 
sebanyak mungkin, mereka adalah kaum materialis dan mengabaikan masalah 
spritual yang justru membuat seseorang pasrah pada saat-saat tertentu. 
           Penderitaan maupun siksaan yang dialami oleh manusia memang 
merupakan beban berat, sehingga dunia ini benar-benar merupakan neraka dalam 
hidupnya. Bagi mereka yang mulai merasakan tidak mampu lebih lama menderita,
biasanya terlontar kata-katanya lebih baik mati dari pada hidup, dengan pengertian 
bahwa dengan kematiannya, maka berakhirlah penderitaan yang dialaminya. Itulah 
sebabnya mereka yang terlalu menderita dan merasa putus asa, laluy mengambil 
jalan pintas, dengan bunuh diri.





0 komentar:

Posting Komentar